Kamis, 20 November 2014

Sosialisasi

           


    Sejak kita lahir, kita telah hidup dalam bermasyarakat. Manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa hadirnya orang lain dalam kehidupannya karena ketidaksanggupan seorang manusia untuk hidup sendiri maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Rasanya sangat mustahil jika manusia mengerjakan sesuatu hal sendirian. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Saat berinteraksi manusia juga mengalami proses sosialisasi dimana manusia dikenalkan dengan pola perilaku, nilai-nilai, dan norma yang dianut masyarakatnya. Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi didalam masyarakat. Pada dasarnya, tidak ada seorang manusia pun yang tidak melakukan proses sosialisasi dalam hidupnya, manusia hidup dari dan dalam masyarakat. Faktor sosialisasi dengan orang disekitarlah yang akan mengembangkan kepribadian seseorang.
    Dalam hidup seseorang, sosialisasi yang pertama terjadi adalah didalam keluarga. Dalam proses itu, orang tua meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian anaknya. Pada tahap awal sosialisasi, seorang bayi cenderung menginginkan dan membutuhkan interaksi dengan orang lain. Pada hari-hari pertamanya di dunia, seorang bayi akan menangis jika merasa terganggu. Perasaan ini timbul karena lapar, dingin, panas, atau takut. Pada saat itu secara otomatis bayi tersebut membutuhkan kehadiran orang lain terutama orang yang paling istimewa dan berharga dalam hidupnya yaitu orang tua. Orang tua memberikan ketenangan dengan memberinya makan dan minum atau dengan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Seiring dengan bertambahnya umur bayi, orang tua tidak hanya memberikan hadiah saja ketika mereka melakukan apa yang mereka inginkan tetapi mereka sudah mulai memberikan hukuman jika tingkah lakunya tidak sesuai dengan apa yang orang tua harapkan. Pemberian hadian (reward) dan hukuman (punishment) untuk menghasilkan kebiasaan-kebiasaan sosial yang dapat diterima bukanlah satu-satunya jalan dalam proses sosialisasi. Sejak bayi, seseorang sudah mulai bersosialisasi. Dalam proses ini, ia belajar tentang apa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya. Tahap perkembangan sampai pada pertimbangan orang secara umum menanggapi suatu perbuatan seperti yang dilukiskan oleh George Herbert Mead. Menurut Mead ada empat tahap proses perkembangan selama masa anak-anak diantaranya:
  • Mereka meniru orang-orang disekitar mereka
  • Mereka mempelajari berbagai peran sosial yang ada
  • Mereka melihat bahwa peran yang mereka miliki dalam masyarakat yang saling berkaitan
  • Mereka mulai menganggap norma-norma dalam masyarakat sebagai norma mereka sendiri karena mereka yakin bahwa norma itu baik dan benar

    Berdasarkan penjelasan tersebut bisa kita simpulkan bahwa seorang anak yang berada dalam sebuah lingkungan mempelajari aturan yang harus dilakukannya berdasarkan situasi yang ada dan individu-individu lain yang ada disekelilingnya. Sosialisasi merupakan proses kompleks yang melibatkan banyak pihak yakni masyarakat pada umumnya. Sosialisasi umumnya muncul atas inisiatif orang-orang yang telah lama menjadi anggota masyarakat tertentu maka mereka disebut agen sosialisasi. Agen sosialisasi yang pertama kali dihadapi oleh seseorang yang baru lahir (bayi) adalah orang tua dalam keluarga. Seiring dengan bertambahnya usia, ia bertemu dengan agen sosialisasi yang lain seperti kelompok bermain, sekolah, dan media massa. Agen-agen sosialisasi mempengaruhi cara seseorang dalam melihat dirinya, mengungkapkan perasaannya, serta bersikap dan bertingkah laku.

- Berikut ini adalah Agen-Agen Sosialisasi :
  • Keluarga
    Keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling penting bagi anak-anak sebelum mereka masuk sekolah. Sementara itu, sekolah dan kelompok bermain menjadi pusat pengalaman sosial ketika anak-anak semakin besar. Kelas sosial suatu keluarga menurut Melvin Kohn sangat mempengaruhi proses sosialisasi. Sosialisasi dalam keluarga yang orang tuanya berasal dari kelas pekerja seperti pekerja kasar berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga yang orang tuanya berasal dari kelas menengah seperti kaum profesional. Melvin Kohn menambahkna perbedaan ini terjadi karena pengalaman hidup orang tua didunia kerja. Pengalaman ini mendorong mereka untuk mengharapkan anak-anaknya bekerja dalam situasi yang sama seperti yang mereka alami.
  • Kelompok Sepermainan
    Kelompok sepermainan adalah kelompok yang anggotanya mempunyai status yang sama, usia mereka hampir sama dan melakukan kegiatan bersama-sama. Kelompok sepermainan seorang anak yang pertama terdiri dari anak-anak tetangga sekitar lingkungan rumah. Kelompok ini lama-kelamaan meluas ketika anak tersebut bertemu dengan teman-temannya yang baru di sekolah. Dalam kelompok sepermainan seorang anak mulai mempelajari berbagai aturan yang mengatur peran orang-orang yang kedudukannya sederajat. Ketika anak berangsur remaja, kelompok sepermainan menjadi penting. Kelompok ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap dan nilai anggotanya. Seorang remaja memperoleh identitasnya dari kelompok sepermainannya secara khusus menemui kesulitan untuk menyimpang dari norma-norma tingkah laku yang dibangun oleh kelompok sepermainannya. Kelompok sepermainan memberikan dukungan sosial yang bernilai bagi seorang remaja yang sedang melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua. Dalam kelompok sepermainan, anggota-anggota baru dengan cepat disosialisasikan dengan simbol-simbol keanggotaan kelompok seperti gaya berpakaian, penggunaan barang-barang, dan pola tingkah laku tertentu.
  • Sekolah
    Apakah kamu sering merasa mendapatkan teguran yang sama dari orang tua dan gurumu? Misalnya orang tuamu melarang kamu memakai perhiasan emas yang berlebihan. Di sekolah pun gurumu juga memberikan teguran agar kamu bersikap sederhana ketika berada di sekolah (luar rumah). Mereka memberi alasan bahwa hal itu dapat mengundang tindak kejahatan dan memunculkan perasaan iri dari teman-temannya. Sekolah juga turut menjadi tempat untuk memahami hal-hal yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan sebagai seorang anak yang baik.
  • Media Massa
    Media massa terdiri dari beragam sarana komunikasi yang menjangkau banyak orang. Media massa menawarkan nilai dan norma sosial yang baru. Salah satunya adalah televisi, televisi merupakan media massa yang sangat berpengaruh saat ini. Banyak acara dalam siaran televisi yang menarik perhatian anak-anak. Diantara acara itu ada acara yang memberikan sumbangan positif bagi sosialisasi, ada pula acara yang memberikan dampak negatif. Mulai sekarang seorang anak harus memilih tayangan yang sesuai dengan umurnya. Tidak menonton dan mempraktekan hal-hal yang tidak boleh dilakukan tanpa sepengetahuan orang tua. Sumbangan positif televisi antara lain adalah menambah pengetahuan dan memberikan hiburan sedangkan sumbangan negatif televisi antara lain adalah tayangan smack down dan gaya hidup materialistis seperti trend pakaian anak muda zaman sekarang, gaya bahasa, maupun pola makan.

- Berikut ini adalah bentuk sosialisasi :
  • Sosialisasi Primer
    Sosialisasi primer adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu sejak kecil, dimana ia belajar menjadi anggota masyarakat, hal itu dipelajarinya dalam keluarga. Sosialisasi primer akan mempengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang lain yang berada disekitarnya seperti ayah, ibu, kakak, ataupun adik.
  • Sosialisasi Sekunder
    Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu
pada lingkungan di luar keluarganya seperti sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja. Dalam proses sosialisasi sekunder sering dijumpai dalam masyarakat sebuah proses resosialisasi atau proses penyosialisasian ulang. Proses ini terjadi apabila sesuatu yang telah dipelajari dalam tahap sosialisasi primer berbeda dengan yang dilakukan dalam sosialisasi sekunder. Proses resosialisasi didahului dengan proses desosialisasi atau proses pencabutan dari apa yang telah dimiliki oleh individu seperti nilai dan norma.

- Tipe Sosialisasi
Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada.
Berikut ini adalah Tipe Sosialisasi :
  • Formal
    Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara seperti pendidikan di sekolah atau militer.
  • Informal
    Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.

- Berikut ini adalah Pola Sosialisasi :
  • Sosialisasi Represif
    Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non-verbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant others.
  • Sosialisasi Partisipatoris
  Sosialisasi ini merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik (gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau pelambang). Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi yang bersifat lisan. Pusat sosialisasi adalah keperluan anak dan keluarga menjadi generalized others. Proses sosialisasi sangat berperan dalam menentukan kepribadian seseorang. Jika proses sosialisasi sejak awal sudah berjalan baik, kemungkinan besar proses itu akan menghasilkan kepribadian yang baik pula. Sebaliknya, jika proses sosialisasi itu berjalan kurang sempurna atau mengalami kegagalan, kemungkinan besar akan menghasilkan pribadi yang tidak baik.

    Coba perhatikan teman sekelasmu yang nakal, pendendam, penakut, kurang percaya diri, dan sering murung. Apakah tau sebabnya? Pernahkah berani untuk menanyakannya? Mungkin ada yang menjawab bahwa orang tua mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga anaknya menjadi kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Anak yang cenderung bersikap buruk itulah yang biasanya tidak mendapatkan proses sosialisasi yang baik. Peran keluarga dan sekolah belum bisa membuat anak mengerti mengenai tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sosialisasi dapat berjalan lancar, teratur, dan intensif apabila masyarakat mempunyai lembaga-lembaga yang mendapat tugas khusus seperti lembaga keagamaan, pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi. Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat tersebut berperan dalam mensosialisasikan nilai, norma, dan peran yang harus dipelajari masyarakat. Setelah seorang mengalami proses sosialisasi, ia mulai menyadari peranannya di masyarakat dan menjadi bagian dari suatu kelompok. Oleh karena itu, ia akan mencoba memahami dirinya sendiri dan mempertimbangkan segala sikapnya berdasarkan orang-orang disekitarnya. Charles Horton Cooley mengatakan bahwa seseorang menggambarkan dirinya sendiri dengan menggunakan cermin diri (the looking glass self) dengan langkah-langkah seperti :
- saya membayangkan bagaimana saya di mata orang lain
- saya ingin tahu apakah orang lain melihat diriku sama seperti aku melihat diriku sendiri.

    Untuk menemukan jawabannya, aku mengamati bagaimana reaksi orang terhadapku. Kita mengembangkan gambaran atas diri kita berdasarkan pertimbangan orang lain. Contoh penggunaan cermin diri dapat dilihat seperti pada peristiwa berikut. Seorang anak membuat sebuah lukisan, jika hasil lukisannya dihina atau diejek orang lain maka anak itu akan menangis dan tidak mau melukis lagi. Sebaliknya jika hasil lukisannya dipuji maka anak itu pasti akan mau melukis lagi karena dia menganggap dirinya pandai melukis dan lukisannya dipuji oleh orang lain.